Minggu, 01 Juli 2018

MODUL 3. KEGIATAN BELAJAR 1


Kegiatan Belajar 1
Pengertian Model Pengembangan Teknologi Pembelajaran dan serta uraian tentang Model Pengembangan ASSURE, ADDIE, dan Hannafin dan Perck

Ketika anda hendak belajar tentang teknologi pembelajaran, maka kita tidak hanya berbica tentang media, alat peraga dan jenis-jenis media, tetapi lebih dari itu kita butuh pengetahuan tentang model pengembangan teknologi pembelajaran, karena sebagai calon pendidik bukan hanya sekedar mengajar, tetapi bagaimana seorang pendidik harus mampu mendesain pembelajarannya agar semenarik mungkin, sehingga kita membutuhkan pengetahuan tentang model pengembangan teknologi pembelajaran. Coba anda simak uraian dalam modul  berikut.
A.    Model pengembangan teknologi pembelajaran
Sebelumnya kita telah membahas mengenai jenis-jenis media pembelajaran, selanjutnya kita akan membahas mengenai model-model pengembangan teknologi pembelajaran, tetapi kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan model itu sendiri, sebelum kita membahas beberapa jenis model pengembangan teknologi pembelajaran.
Seels dan Richey dalam Gde Putu Arya Oka yang mengemukakan konsep tentang model yang berpendapat bahwa model merupakan suatu proses atau perbuatan yang dapat digunakan untuk membantu dalam memahami sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dialami secara langsung (Oka, 2017). Selain itu model dapat dikatakan sebagai suatu konsep untuk mempresentasikan sesuatu hal (Trianto, 2011). dengan kata lain model merupakan suatu perbuatan yang mewakili dan  disusun secara terstruktur. Banyak hal yang berbicara tentang model, misalnya model dalam matematika, model pesawat terbang, namun kita akan membahas mengenai model pembelajaran.
Selanjutnya bagaimana dengan model pembelajaran? Nah, ketika kita berbicara tentang model pembelajaran maka hal ini tidak akan jauh dari pembelajaran, model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai tuntunan atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk buku-buku, computer, kurikulum (Trianto, 2011). Jadi dengan demikian model merupakan pedoman bagi pendidik yang terstruktur untuk mengajar.
Penelitian Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk, baik itu memodifikasi produk yang sudah ada atau membuat produk baru (Yaumi, 2017). Nah, Perlu kita ketahui berhubungan metode pengembangan mencakup tiga hal pokok yang harus ada dalam pengembangan di antaranya: 1) model pengembangan, hal ini menjelaskan bahwa setiap pengembangan perlu mengemukakan model apa yang dipakai, 2) prosedur pengembangan, hal ini berhubungan dengan tahapan model seperti apa yang digunakan, apakah mengikuti prosedur model ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Peck, dan masih banyak model pengembangan yang lainnya, dan 3) uji coba produk, karena pengembangan bertujuan untuk menghasilkan suatu produk, tentunya produk membutuhkan uji coba terlebih dahulu agar produk menjadi layak untuk digunakan (Setyosari, 2013).
Berikutnya kita akan membahas mengenai beberapa model pengembangan pembelajaran yang ada, di antaranya Model pengembangan ASSURE, ADDIE, dan model Dick & Carey.
B.     Model pengembangan ASSURE, ADDIE, model Dick & Carey dan dan Hannafin dan Perck
1.                  Model Pengembangan ASSURE
Ada beberapa model pengembangan media pembelajaran salah satunya adalah model pengembangan ASSURE, model pengembangan ini merupakan model yang dipelopori oleh Sharon Smaldino, Robert Heinich, James Russel dan Michael Molenda, model ASSURE merupakan singkatan yang terdiri dari enam langkah di antaranya: 1) Analize learner characteristic, menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran; 2) state objective, yakni menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran; 3) select or modify media, yaitu memilih atau modifikasi materi dan media yang digunakan dengan tepat; 4) utilize, yakni menggunakan materi dan media yang telah dipilih; 5) require learner response, yaitu meminta tanggapan dan umpan balik dari peserta didik 6) evaluate, yaitu melakukan evaluasi terhadap proses proeses pembelajaran yang telah dilakukan (Susanto, 2014). Model ini merupakan model yang disusun atau dibentuk untuk kegiatan belajar mengajar yang sering juga disebut model berorientasi kelas (Santoso, 2013).
Perlu diketahu di mana Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran efektif dan efisien dalam penggunaan teknologi dan media, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan teknologi media dalam pembelajaran (Eva, 2015). Berikut penjelasan dari setiap komponen-komponen atau yang biasa disebut langkah-langkah dalam model pengembangan ASSURE
a.       Analize learner characteristic, menganalisis karakteristik peserta didik, pada langkah pertama dalam model ASSURE adalah bagaimna pendidik mengetahui katakteristik peserta didik, yang berhubungan dengan karakteristik umum di antaranya jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan  faktor sosial ekonomi serta etnik dan mendiagnosis kemampuan awal pembelajar (Smaldino, dkk, 2011), penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal peserta didik merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam  bagaimana dan apa yang dapat mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik (Purwanti, 2015).
b.      State objective, merumuskan tujuan pembelajaran, setelah menganalisis karakteristik peserta didik, maka langka selanjutnya adalah merumuskan tujuan peserta didik, tujuan pembelajaran akan dijabarkan dalam kurikulum atau bahkan dikembangkan sendiri oleh pendidik (Achmadi, 2014). Penentuan tujuan dapat dirumuskan dengan teknik ABCD, Audience, tentang apa yang dilakukan peserta didik yang menjadi sasaran tujuan, bukan apa yang dilakukan pendidik, selanjutnya adalah Behavior, merupakan perilaku apa yang hendak dicapai setelah pembelajaran, kemudian Condition, keadaaan dimana perilaku tersebut diamati, dan Degree, tingkat kemampuan, sampai dimana kemampuan yang harus dikuasai (Smaldino, dkk, 2011).
c.       Select or modify methods, media and materials, memilih metode, media dan materi, dalam memilih ada tiga tahap pertama, memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, selain itu juga mempertimbangkan gaya dan motivasi belajar peserta didik, kedua, memilih media yang digunakan merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah, karena dalam menggunakan media, selain efektif juga harus efisien, tentunya media yang digunakan harus juga sesuai dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran, selanjutnya yang ketiga, memilih materi dalam penyajian materi bukan sekedar dipilih saja tetapi juga dapat dirubah serta dimodifikasi bahkan merancang materi agar dapat mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Smaldino, dkk, 2011).
d.      Utilize, memanfaatkan atau menggunakan media dan materi,bahwa sekarang perubahan paradigm pembelajaran dari teacher-centered ke student-centered (Achmadi, 2014), yang dulunya pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered), dimana pendidik menjadi sumber informasi satu-satunya, sedang sekarang sudah beralih ke pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, di mana pembelajaran mandiri sudah menjadi kegiatan peserta didik, bahwa informasi sudah sangat mudah didapatkan bukan hanya pada pendidik, pembelajaran yang sifatnya klasikal kini tidak lagi cocok digunakan pada generasi sekarang. Jadi seorang pendidik harus mampu memanfaatkn media dengan baik sehingga pembelajaran tetap efektif dan efisien.
Require learner response, meminta partisipasi peserta didik, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melinbatkan peserta didik, karena semakin banyak pengalaman yang dimiliki peserta didik maka semakin banyak yang dapat diterima oleh peserta didik, hal ini sesuai kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale berikut:

 
 
Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Darmadi, 2017).


Kita bisa melihat dari gambar di atas bahwa semakin banyak pendidik melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka semakin banyak yang diterima oleh peserta didik, sehingga pemberian pengalaman atau peran aktif dalam partisipasi peserta didik sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
a.       Evaluate, langkah terakhir dari model Assure adalah mengevaluasi dan merevisi, evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian peserta didik, serta hal-hal apa saja yang perlu dibenahi atau direvisi baik itu metode, media ataupun materi yang digunakan (Smaldino, dkk, 2011), sehingga tujuan tercapai sesuai dengan harapan.
1.        Model Pengembangan ADDIE
Setelah kita membahas model pengembangan ASSURE, selanjutnya kita akan membahas mengenai model pengembangan ADDIE, jika model pengembangan ASSURE merupakan singkatan dari komponen pengembangan dari model tersebut, maka model pengembangan ADDIE juga merupakan singkatan dari Analysis (menganalisis), Design (merancang), Development (mengembangkan), Implementation (mengimplementasikan), dan Evaluation (mengevaluasi) (Rozalena dan Dewi, 2016). Model pengembangan ini dipopulerkan pada tahun 1990-an oleh Reiser dan Mollenda (Sutarti dan Irawan, 2017). Coba kita perhatikan berikut penjelasan tahapan-tahapan dari model pengembangan ADDIE yang terdiri dari:
a.       Analysis (menganalisis), sebelum mendesai suatu produk maka pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan (need assesment), melihat kesenjangan yang ada serta karakteristik peserta didik (Trisiana dan Wartoyo, 2016). ada tiga hal yang perlu dianalisis, di antaranya:  peserta didik, pembelajaran, dan media untuk menyampaikan bahan ajar (Pohan, dkk, 2014). Pembelajaran dalam hal ini berkaitan dengan bahan ajar serta kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran.
b.      Design (merancang), proses merancang produk harus bersangkutan dengan pembuatan silabus, maka seharusnya memuat tujuan pembelajaran, kebijakan, tugas, serta jadwal pembelajaran, serta strategi pembelajaran (Pohan, dkk, 2014) Tentunya produk yang dirancang sesuai dengan apa yang diperoleh dari tahap awal, tentang kebutuhan peserta didik, dll.
c.       Development (mengembangkan), setelah kita memperoleh dokumen pada tahap desain, yang merupakan rancangan, selanjutnya pada tahap ini dilakukan penelitian dan penyusunan materi sebagai solusi dan mengembangkannya (Bifaqihh dan Qomaruddin, 2015).
d.      Implementation (mengimplementasikan), Pada tahap ini semua yang   telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan kemudian diuji cobakan (Trisiana dan Wartoyo, 2016).
e.       Evaluation (mengevaluasi). Tahap  terakhir adalah melakukan  evaluasi yang meliputi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir    program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran secara luas (Tegeh dan Kirna, 2013). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak dari pengalaman belajar, dengan cara menganalisa kepuasan peserta didik, hasil belajar serta kelulusan (Bifaqihh dan Qomaruddin, 2015).
2.                            Model Pengembangan Hannafin dan Perk
Selanjutnya kita akan membahas mengenai model pengembangan Hannafin dan Perck, model pengembangan ini beriorientasi pada pengembangan produk, pada model pengembangan ini terdapat beberapa komponen di antaranya; 1) Need Asessment (Analisis Kebutuhan); 2) design (perancangan); 3) development (pengembangan) dan implementation (implementasi) (Megawati, 2015). Coba perhatikan berikut uraian dari komponen model pengembangan tersebut:
a.        Need Asessment (Analisis Kebutuhan); langkah yang pertama adalah mengalisis kebutuhan, sebelum mendesain sebuah media pembelajaran maka kita harus terlebih dahulu apa yang dibutuhkan termasuk di dalamnya tujuan yang hendak dicapai (Suryana, dkk, 2014).
b.      design (perancangan); setelah mengetahui kebutuhan peserta didik, maka selanjutnya adalah fase perancangan media/produk sesuai kebutuhan peserta didik, pada fase ini informasi yang diperoleh pada fase analisis didokumenkan yang akan menjadi tujuan dibuatnya media/produk (Wirawan, dkk, 2017).

a.       development (pengembangan) dan implementation (implementasi). Pada fase ini produk kemudian divalidasi, yang melibatkan validator, ahli materi dan ahli media, selanjutnya setelah produk siap kemudian diuji cobakan pada peserta didik (Hanzen, dkk, 2016).








Tidak ada komentar:

Posting Komentar