Minggu, 01 Juli 2018

MODUL 2. KEGIATAN BELAJAR 2


Kegiatan Belajar 2.
Kelebihan dan Kelemahan serta Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Pada kegiatan belajar 1 anda telah membaca uraian tentang jenis-jenis media pembelajaran, selanjutnya kita akan melihat kelebihan dan kelemahan serta kriteria dalam pemilihan media, simaklah baik-baik uraian berikut ini
A.    Kelebihan jenis-jenis teknologi pembelajaran
Setiap media memiliki keunggulannya masing-masing dibandingkan dengan media yang satu dengan yang lainnya, berikut beberapa kelebihan media di antaranya:
Media visual, merupakan media pembelajaran yang harganya relatif murah, mudah diperoleh dan mudah juga digunakan, selain itu media visual dapat menjelaskan pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret (Angkowo dan Kokasih, 2007) sehingga mudah untuk dipahami.
Media audio, dengan menggunakan media audia maka dapat melatih konsentrasi peserta didik, sehingga sangat cocok pada pembelajaran bahasa dan musik (Susilana dan Riyana, 2009), dengan pemusatan perhatian peserta didik dengan apa yang didengarnya saja, selain itu penggunaan audio dapat menjangkau massa yang banyak, selain itu dapat dengan mudah diperoleh.
Media audio visual, dengan media ini maka akan lebih menarik, karena selain dapat dilihat juga dapat didengar, sehingga peserta didik tidak mudah bosan dan akan lebih mudah memahami maknanya dengan kata lain informasi yang disampaikan lebih aktual (Harjanto, 2000), selain itu pendidik juga tidak kehabisan tenaga dalam mengajar, karena adanya media yang medukung.
Media multimedia. ada beberapa hal yang menjadi kelebihan dari media ini dibandingkan dengan media yang lainnya, karena media ini menggabungkan beberapa media yang ada, adapun keunggulan media ini antara lain: memberikan ketertarikan peserta didik dengan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, menghadirkan pembelajaran serta menuntun peserta didik yang interaktif (Nopriyanti dan Sudira, 2015, sehingga dapat memotivasi peserta didik).
Media Grafis, merupakan media yang dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman peserta didik, serta dapat dilengkapi dengan warna-warni sehingga dapat menarik perhatian lebih (Susilana dan Riyana, 2009), juga dapat dengan mudah serta murah dalam mendapatkannya.
Media Realia, media ini dapat membantu peserta didik menyaksikan secara nyata baik itu situasi ataupun objek yang dimaksud (Ibrahim dan Syaodih, 2003), sehingga peserta didik dapat menggunakan banyak indranya dalam memahami pembelajaran yang ada.selain itu peserta didik tidak akan mudah bosan dalam pembelajaran.
B.     Kelemahan jenis-jenis teknologi pembelajaran
Media visual, merupakan media pembelajaran yang harus dirancang sedemikian rupa, agar tidak membosankan, baik itu ukuran maupun warnanya, selain itu unsur pesan yang terdapat pada media harus diperjelas (Arsyad, 2017) agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh peserta didik sesuai dengan harapan.
Media audio, merupakan media yang hanya bersifat satu arah, membutuhkan perhatian penuh atau konsentrasi tinggi, selain itu membutuhkan kelas yang benar-benar tenang, jika menggunakan siaran langsung, maka materi/pesan tidak dapat diulang (Susilana dan Riyana, 2009), juga membutuhkan alat yang cukup memadai misalnya sound sistem, dll.
Media audio visual, merupakan media yang bersifat satu arah, memerlukan keahlian dalam pembuatannya (Susilana dan Riyana, 2009) serta alat yang memadai dalam penyajiannya sehingga membutuhkan persiapan yang matang agar tidak terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Media multimedia, media ini membutuhkan biaya yang relatif mahal dalam mendesainnya, selain itu membutuhkan keterampilan pendidik yang memadai, selain itu infrastruktur juga harus tersedia (Rakim, 2008), sedangkan masih banyak daearah yang belum tersentuh oleh teknologi dan keterampilan pendidik yang memadai.
Media grafis, dalam pembuatannya membutuhkan keterampilan khusus serta hanya dapat digunakan pada penyajian pesan yang berupa visual (Susilana dan Riyana, 2009). Selain tidak semua pembelajaran dapat disajikan menggunakan media grafis.
Media Realia, media ini memiliki kekurangan di mana pendidik akan kesulitan jika harus membawa peserta didik di luar sekolah, karena bisa jadi akan terjadi kecelakaan, sehingga ini akan beresiko, dan dalam menghadirkan objek yang akan dijadikan media akan membutuhkan biaya yang besar (Ibrahim dan Syaodih, 2003), sehingga tidak semua dapat dihadirkan dalam pembelajaran.
C.    Kriteria Pemilihan Media
Karena kita telah membahas beberapa jenis media pada kajian sebelumnya, tentu kita perlu ketahui bahwa, banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, tentunya dari sekian banyak media yang ada, tidak semua setiap media pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran, dan setiap media pembelajaran dapat membantu pendidik dalam melaksanakan satu atau beberapa fungsi dalam pembelajaran, seperti mengisahkan, mengontrol/mengecek, memberikan penguatan dan mengadakan evaluasi. Bahkan ada kemungkinan, media dapat mengambil alih peran pendidik (Mahnun, 2012), contohnya film yang mengisahkan proses pertumbuhan janin dalam rahim seorang ibu.
Selain itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, di antaranya: 1) Beberapa kendala yang mungkin akan muncul dalam pembelajaran menyangkut dana, fasilitas, waktu, dan sumber daya manusia yang tentunya harus memadai (ketersediaan sumber) (Duludu, 2017), dimana pendidik harus mampu menggunakan/mengaplikasikan media yang hendak digunakannya dalam pembelajaran, tentunya hal ini perlu dipertimbangkan sebelum memilih media pembelajaran, 2) konten atau isi pembelajaran, hal ini tentunya menyangkut tujuan pembelajaran itu sendiri (Darmadi, 2017), hal yang hendak dicapai dengan penggunaan suatu media harus sejalan antara keduanya, 3) kemampuan peserta didik, hal ini tentu menyangkut karakteristik peserta didik (Hardianto, 2016), seorang pendidik harus mengetahui kemampuan awal peserta didiknya agar mampu merancang pembelajaran yang seperti apa yang cocok dengan peserta didik hal ini tentu berlaku dalam menentukan media yang hendak digunakan, 4) ketertarikan peserta didik serta pendidik, artinya tingkat kesenangan atau kecenderungannya harus juga dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran (Satrianawati, 2018). Setelah melihat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media dapat dikerucurutkan antara lain: Tujuan pembelajaran, ketersediaan fasilitas/media, dana dan waktu, keterampilan pendidik, karakteristik peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA 3


Achmadi, Heri, Penerapan Model Assure dengan Menggunakan Media Power Point dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Sebagai Usaha Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MAN Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013,  Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran Vol.2, No.1, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2014.
Bifaqihh, Yusuf dan M. Nur Qomarudin, Esensi Penyusunan Materi Pembelajaran Daring, Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa, Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Eva, Rosmalia, Pengaruh Aplikasi Model Assure Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Geografi, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 15, Nomor 2, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, 2015.
Hanzen, W.F Edi, dkk. Pengembangan Booklet Pembuatan Yoghurt Kulit Buah Naga Untuk Para Petani Buah Berbasis Pada Hasil Penelitian, Jurnal Pendidikan Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 11, Semarang: Pendidikan Biologi - Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2016.
Megawati, Ni Luh Putu, dkk. Pengembangan Video Pembelajaran IPA Model Hannafin dan Peck Untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sawane-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan, Vol: 3 No: 1, Singaraja: Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2015.
Oka, Gde Putu Arya, Model Konseptual Pengembangan Produk Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Pohan, Jusrin Efendi, dkk. Pengembangan Modul Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Menulis Resensi Di Kelas IX SMP 7 Padang Bolak , Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran, Volume 2 Nomor 2, Padang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang 2014.
Purwanti, Budi, Pengembangan Media Video Pembelajaran Matematika dengan Model Assure Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 3, Nomor 1, Probolinggo: SMK Negeri 2 Kota Probolinggo, 2015.
Rozalena, Agustin Rozalena dan Sri Komala Dewi. Panduan Praktis Menyusun dan Pelatihan Karyawan Pengembangan Karier, Jakarta: Raih Asa Sukses 2016.
Santoso, Budi, Skema dan Mekanisme Pelatihan, Jakarta: Terangi, 2013.
Sari, Bintari Kartika, Desain Pembelajaran Model ADDIE dan Implementasinya dengan Teknik Jigsaw, Jurnal  Desain Pembelajaran Di Era ASEAN Economic Community (AEC) untuk Pendidikan Indonesia yang Berkemajuan, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Sidoarjo, Surabaya: Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, 2017.
Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta: Kencana, 2013.
Smaldino, Sharon E., Deborah L Lowther, James D. Russell, Instructional Technology & Media For Learning, Jakarta: Kencana, 2011.
Suryana, dkk. Pengembangan Bahan Ajar Cetak Memggunakan Model Hannafin & Peck Untuk Mata Pelajaran Rencana Anggaran Biaya, Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Teknologi Pembelajaran Volume 4, Singaraja: Program Studi Teknologi Pembelajaran, Program PascasarjanaUniversitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2014.
Susanto, Ahmad, Pengembangan Pembelajaran IPS di SD, Jakarta: Kencana, 2014.
Sutarti, Tatik dan Edi Irawan, Kiat Sukses Meraih Hibah Penelitian Pengembangan, Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Tegeh, Made dan Made Kirna, Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan Dengan Addie Model ejournal.undiksha, Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2013.
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, Jakarta: Kencana, 2011.
Trisiana, Anita dan Wartoyo, Desain Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Addie Model Untuk Meningkatkan Karakter Mahasiswa Di Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Jurnal PKn Progresif, Vol. 11 No. 1, Surakarta: Universitas Slamet Riyadi, 2016.
Wirawan, Arif Wahyu, dkk. Pengembangan Media Pembelajaran Kearsipan Digital Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 3 Surakartajurnal Pendidikan Vokasi, Volume 7, No 1, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2017.
Yaumi, Muhammad, Belajar dan Mengajar dengan Media dan Teknologi, Makassar: Syahadah, 2017.

MODUL 3. RANGKUMAN KEGIATAN BELAJAR 2


1.      a. Model ASSURE merupakan singkatan dari Analize learner caracteristic, state objective, select or modify media, utilize, require learner response, evaluate, dan kelimanya juga merupakan langkah-langkah dari model ASSURE
b. Langkah-langkah model ADDIE di antaranya Analysis, design, development, Implementation, Evaluation
c. Langkah-langkah model Hannafin dan Peck yaitu Need Asessment, design, development.
2.      Model ASSURE, merupaka model yang berorientasi kelas, Model ADDIE berorientasi pada system, sedangkan Model Hannafin dan Peck berorientasi pada produk.

MODUL 3. KEGIATAN BELAJAR 2

Kegiatan Belajar 2
Perbandingan serta peran Model Pengembangan ASSURE, ADDIE,
 dan Hannafin dan Perck 

Dari uraian materi pada kegiatan belajar 1, anda tentu sudah mengetahi komponen-komponen dari tiga model pengembangan yang dibahas dalam modul tiga ini, yakni model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Peck, tentu anda akan memiliki rasa penasaran, hal apa saja yang membedakan antara model yang satu dengan yang lainnya, di bawah ini akan diuraikan tentang perbandingan serta peran masing-masing model pengembangan tersebut.  

A.    Membandingkan Model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Perck.
Setelah kita melihat beberapa jenis model pengembangan yang telah dijelaskan di atas, yaitu model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Peck. Ketiga model pengembangan tersebut memiliki langkah-langkah atau komponen pengembangan yang bisa kita sebut serupa tapi tak sama, dimana model pengembangan ASSURE terdiri dari enam komponen, model pengembangan ADDIE terdiri dari lima tahapan, dan model pengembangan Hannafin dan Peck terdiri atas tiga langkah dalam pemgembangannya.
Namun demikian jika kita melihat dari ketiga model pengembangan tersebut maka semuanya diawali dengan analisis pada langkah pertama, coba kita perhatikan table dibawah ini dimana letak perbedaan dari ketiga model pengembangan ini.
 
No

Perbandingan Model Pengembangan
ASSURE
ADDIE
Hannafin dan Perck
1
Analisis karakteristik peserta didik, yang meliputi keterampilan dan gaya belajar peserta didik
Analysis,  menganalisis bahan ajar serta kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran (masalah pembelajaran yang sedang dihadapi)
Need assessment, meganalisis media serta hal-hal yang dibutuhkan untuk tujuan yang hendak dicapai. (peralatan yang dibutuhkan dalam menyusun media) serta kelompok sasaran produk/media.





Evaluasi dan revisi


2
Merumuskan tujuan dengan memperhatikan karakteristi peserta didik.
Merancang dengan menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar, dan strategi pembelajaran
Merancang, dengan mengumpulkan serta mengolah  alat-alat, bahan, dan sumber yang akan digunakan 
3
Memilih metode, media, dan materi
Pengembangan
Pengembangan dan implementasi
4
Menggunakan metode, media, dan materi
Implementasi

5
Meminta partisipasi peserta didik
Evaluasi dan Revisi
NB: Evaluasi dan Revisi dilakukan pada setiap tahapan model ini, jadi pada model ini hanya terdiri dari tiga tahap, tanpa menkhususkan tahap evaluasi pada tahap akhir.
6
Evaluasi dan Revisi



B.     Peran model pengembangan Model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Perck
Selanjutnya kita melihat bagaimana peran setiap model yang telah kita bahas sebelumnya, apakah terdapat perbedaan ataukah sama saja dalam penerapan model-model tersebut, perlu kita ketahui bersama dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model, namun yang telah kita bahas hanya tiga pada modul ini. Nah model-model ini memiliki arah pengembangan yang berbeda-beda, ada model yang beriorientasi kelas, beriorientasi sistem, beriorientasi produk, beriorientasi procedural dan model melingkar. Mari kita perhatikan tabel berikut:

Model
Arah Pengembangan
Model ASSURE
Model ASSURE biasanya digunakan untuk mendesain bahan ajar berbasis teknologi, strategi pembelajaran, serta media dan teknologi pembelajaran (Yaumi, 2017), selain itu model pengembangan ini sering disebut dengan model pengembangan yang beriorientasi kelas (mikro).
Model ADDIE
Model beriorientasi sistem, model ini dirancang untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, misalnya mendesain suatu pelatihan, kurikulum, selain itu model ini juga menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrakstruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan (Sari, 2017).
Model Hannafin dan Peck
Model ini berorintasi produk, merupakan model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya berupa media pembelajaran, contohnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul pembelajaran.